CILACAP-Setelah resmi dihentikan
beberapa tahun lalu, rencana penyudetan
Sungai Citanduy sebagai langkah
penyelamatan laguna Segara Anakan
kembali bergulir. Kementerian Pekerjaan
Umum, merencanakan penyudetan
karena kondisi laguna Segara Anakan
dinilai semakin kritis.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Kabupaten Cilacap, Drs H Adjar Mugiono
MM mengatakan, rencana tersebut sudah
masuk dalam pembahasan di Kementerian
Pekerjaan Umum. “Beberapa hari lalu
saya mengikuti rapat di Jakarta.
Kementerian PU memang merencanakan
untuk melakukan penyudetan. Namun
soal kepastian waktunya masih akan
dibahas lebih lanjut,”kata Adjar saat
menerima kunjungan Asisten Deputi
Adaptasi Kementerian Lingkungan Hidup,
Ir Sri Tantri Arundhati dan Asisten Deputi
pengendalian Pencemaran Kementerian
LIngkungan Hidup, Ir Sabar Ginting di
kawasan Segara Anakan Kemarin siang.
Menurut Adjar, kondisi Segara Anakan
memang semakin kritis dan harus segera
ada langkah konkrit untuk penyelamatan.
“Sebab selain menyangkut aspek
kelestarian lingkungan hidup, persoalan
Segara Anakan juga terkait dengan
kelestarian hayati dan sumber daya
perikanan yang menyangkut hajat hidup
banyak orang,”jelasnya.
Menurut mantan Kepala Bappeda
Kabupaten Cilacap ini, selain
pendangkalan di laguna Segara Anakan,
dampak sedimentasi yang berlangsung
terus-menerus juga sudah mengancam
perairan mulai dari Pantai Pangandaran
hingga Kebumen. Padahal Segara Anakan
merupakan ekosistem estuari yang
memiliki hutan mangrove terluas di Jawa,
mencapai 8.495 hektar.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas
Perikanan Kelautan dan Pengelola
Sumberdaya Kawasan Segara Anakan, Ir M
Harnanto menegaskan, kondisi laguna
Segara Anakan yang kian kritis, menjadi
pemicu makin menurunnya produktivitas
laguna Segara Anakan.
Menurut dia, akibat sedimentasi dan
hilangnya sebagian habitat mangrove,
Segara Anakan juga makin kehilangan
fungsinya sebagai tempat pemijahan
bebagai jenis ikan dan udang yang akan
menyebar ke laut lepas. “Fungsi Segara
Anakan dan habitat mangrovenya harus
segera dikembalikan agar
keanekaragaman flora dan fauna yang ada
tetap lestari,”tegasnya.
Dia menilai, penyudetan merupakan
langkah yang paling mungkin. Sebab jika
hanya mengeruk sedimen tanpa ada
pembenahan di hulu, maka pendangkalan
akan terus berlangusng.
“Penyudetan menjadi langkah yang paling
mungkin untuk menekan sedimen dan
mempertahakan fungsi kawasan
mangrove. Sebab jika ekosistem
mangrove bisa tetap dipertahankan, maka
kita juga bisa mengoptimalkan fungsi
ekowisatanya,”imbuhnya.
Aktivis lingkungan hidup yang juga peraih
penghargaan Kalpataru dari Presiden RI,
Wahyono mengatalan, tahun 1999 kondisi
hutan mangrove sangat
memprihatinakan. Bekas tambak udang
ditingglkan oleh para investornya menjadi
lahan tandus.
Dia bertekad mengembalikan sekitar 33
jenis mangrove asli Segara Anakan.
Wahyono yang walnya merintis
pelestarian mangrove bersama
keluarganya, kini sudah berhasil
menggugah 33 kelompok warga di
Kampung Laut untuk ikut melakukan
reboisasi.
“Sejauh ini sudah ada 28 jenis
mangrove yang berhasil kami budidayakan
bersama kelompok Krida Wana Lestari.
Kami ingin agar habitat mangrove asli
Segara Anakan yang jenisnya mencapai
sekitar 35 bisa dipertahankan,”ujar
Wahyono. (din)
Senin, 22 April 2013
MENGENAI HAL YG TERTUNDA D KUBU PEMDA KAMLA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar